Connect with us

Belajar pada Kernek: Dakwah itu Mengajak, Bukan Mengejek

SUARA

Belajar pada Kernek: Dakwah itu Mengajak, Bukan Mengejek

Dari ‘Abdullah bin ‘Umar dalam hadis riwayat Bukhari dan Muslim, Nabi Muhammad bersabda, “Yang disebut dengan muslim sejati adalah orang yang selamat orang muslim lainnya dari lisan dan tangannya. Dan orang yang berhijrah adalah orang yang berhijrah dari perkara yang dilarang oleh Allah .”

Hadis di atas tampak sangat relevan dengan apa yang terjadi dengan Rina Nose dan Ustaz Abdul Somad sekaligus beberapa hari terakhir ini. Kita mulai dari poin kedua dari hadis tersebut. Kita bisa jadi tak setuju atau menyalahkan apa yang dilakukan oleh Rina Nose yang kembali menanggalkan kerudungnya setelah ia memilih “berhijrah” untuk berkerudung. Namun, bukankah memang iman seseorang itu bisa bertambah dan berkurang sebagaimana dijelaskan Al-Qur’an dan ditafsirkan oleh para ulama? Imam Sufyan bin ‘Uyainah ketika ditanya tentang apakah iman itu bertambah atau berkurang, maka beliau menjawab, “Tidakkah kalian mendengar firman Allah, “Maka perkataan itu menambah keimanan mereka.” (QS Al-Imron: 173) Lalu, ada yang bertanya, “Bagaimana iman bisa dikatakan berkurang?” Beliau menjawab, “Jika sesuatu bisa bertambah, pasti ia juga bisa berkurang”. Oleh karena itu, kita diajarkan oleh Nabi dalam riwayat Muslim untuk selalu berdoa, “Wahai Dzat yg membolak-balikan hati teguhkanlah hatiku diatas ketaatan kepadamu.” Bisa jadi yang terjadi pada batin Rina Nose adalah perkara tersebut, dan itu sesuatu yang berdasar. Bukankah taka da paksaan dalam agama, termasuk berkerudung? Mengapa kita menginginkan ia berkerudung padahal imannya tak sampai pada kemampuan itu? Apakah kita ingin ia berkerudung dalam keterpaksaan ketimbang membiarkannya bergelut dengan batinnya hingga ia bisa berkerudung dengan penuh kesadaran?

Lanjut pada bagian pertama dari hadis Nabi di paragraf pertama tulisan ini. Maka, sebagai seorang muslim, sudah menjadi sifat sejati kita seharusnya untuk menjaga lisan kita dan memastikan muslim lain selamat dari lisan kita. Selamat dari hinaan, cacian, fitnah, dan lain-lain. Oleh karena itu, sungguh ironi ketika lisan seorang ustaz justru tak membuat muslim lainnya selamat darinya. Terlebih ketika lisannya justru membuat keadaan batin ambigu seorang Rina Nose semakin memburuk dengan apa yang keluar dari lisannya. Sudah sepatutnya nasehat itu membuat keadaan yang dinasehati semakin sehat”, bukan “sakit”.

“Tidaklah lemah lembut dalam sesuatu kecuali akan menghiasinya, dan tidaklah sikap keras dalam segala sesuatu kecuali dia akan merusaknya.” (HR. Muslim)

Al-Qur’an mengajarkan pada kita bahwa kepada seorang yang mengaku Tuhan sekalipun seperti Fir’aun, Allah menekankan pada Nabi Musa agar menyerunya pada Allah dengan kata-kata yang lembut.

Maka berbicaralah kamu berdua kepadanya dengan kata-kata yang lemah lembut, mudah-mudahan ia ingat atau takut.” (QS. Thaahaa: 44)

Akhirnya, dakwah adalah mengajak, bukan mengejek. Bahkan kepada sesembahan agama lain saja kita dilarang oleh Al-Qur’an untuk mengejeknya. Dakwah bukanlah meneguhkan sesembahan kita dengan merendahkan sesembahan yang lain. Dakwah adalah fokus untuk mengajak dengan lembut. Oleh karena itu, KH. Mustofa Bisri (Gus Mus) mengjarkan kita agar bahkan belajar berdakwah dari kernek di terminal yang begitu lembut dalam mengajak penumpang untuk memilih naik bisnya: menguraikan dengan lembut kelebihan-kelebihan bisnya.

Print Friendly, PDF & Email
Husein Ja'far Al Hadar

Sarjana, Peneliti, dan Penulis Keislaman.

Click to comment

You must be logged in to post a comment Login

Leave a Reply

More in SUARA

To Top