Connect with us

Habib Luthfi Menyemai Islam Cinta

Ensiklopedi

Habib Luthfi Menyemai Islam Cinta

Dalam narasi Islam Indonesia, Habib Luthfi memancarkan cahaya keteduhan. Rais ‘Am JATMAN (Jama’ah Ahli at-Thariqah al-Mu’tabarah an-Nahdliyyah) ini, sangat gigih menyampaikan dakwah tentang Islam yang rahmatan lil-‘alamin: Islam yang menebar cinta, bukan duka. Islam ramah, bukan Islam marah.

Dalam sebuah kesempatan sowan ke ndalem Habib Luthfi, penulis merasa bagaimana sang Habib menjadi oase dari ribuan umat muslim yang dibimbingnya. Penulis beberapa kali mengikuti pengajian-pengajian dan shalawat yang diselenggarakan di Kanzus Shalawat, Pekalongan. Gedung Kanzus Shalawat, menjadi rujukan bagi santri-santri Habib Luthfi, ketika melintas di kawasan itu, atau sengaja menghadiri pengajian Ndoro Habib.

Ketika menyelenggarakan konferensi internasional ulama thariqah, Habib Luthfi dengan tegas menyampaikan bagaimana Islam dan tasawuf menjadi tulang punggung untuk menguatkan kedaulatan negara. Menurut Habib Luthfi, tasawuf menjadi media untuk menumbuhkan rasa cinta kepada Allah, kepada Rasul-Nya, sekaligus menjadi ruang perjuangan untuk menjaga negara dari penjajahan. Di hadapan para ulama thariqah dunia, pada 2017 lalu, Habib Luthfi secara lantang mengungkapkan pentingnya cinta tanah air, hubbul wathan.

Pada sebuah forum pengajian, Habib Luthfi menyerukan pentingnya menjaga kedaulatan bangsa dan memperjuangkan kemerdekan. “Jangan sekali-kali kita menyampaikan bahwa kemerdekaan Indonesia itu adalah hadiah. Kemerdekaan kita penuh dengan perjuangan. Ingat, apabila kita sadar, tahu merah putih yang begitu hebatnya dengan penuh perjuangan, mestinya kita malu kalau jadi bangsa yang mudah dibenturkan sesama,” ungkap Habib Luthfi. “Maka bagi kita wajib menjaga keutuhan NKRI”.

Habib Luthfi bin Ali bin Yahya lahir di Pekalongan, pada 10 November 1947. Besar dalam keluarga hadrami yang menganut tradisi keilmuan yang kuat, Habib Luthfi menjalani laku suluk sejak belia. Laku suluk ini, menguatkan proses menempa diri, menjernihkan hati.

Semasa muda, Habib Luthfi berguru ke beberapa kiai sepuh, silaturahmi dari pesantren satu ke pesantren lain. Di antara sosok guru Habib Luthfi, yakni Kiai Bajuri Indramayu. Kiai ini sangat nyentrik, berpenampilan sederhana. Namun demikian, penguasaan atas ilmu agama sangat luas: mampu melihat pelbagai problem umat muslim dari empat madzhab.

Setelah berguru dengan Kiai Bajuri Indramayu, Habib Luthfi juga mengaji ilmu hikmah kepada Mbah Malik Kedung Paruk, Purwokerto. Di pesantren Mbah Malik, Habib Luthfi sempat mengkhatamkan kitab al-Jurumiyyah dan Safinah. Mbah Malik merupakan sosok guru waskita, berambut gondrong dan menjauhi kemewahan dunia. Ketika Mbah Malik menjelang wafat, Habib Lutfhi diminta untuk meneruskan sebagai mursyid thariqah.

Habib Luthfi sangat konsisten memperjuangkan nilai-nilai kebangsaan dalam gerakan tasawuf. Meski usia beliau sudah termasuk sepuh, kekuatan dan semangat masih terpancar kuat. Cahaya bathin beliau bersinar terang, dengan wajah yang teduh dan senyum yang terus mengembang. Hampir setiap hari, Habib Luthfi menghadiri forum-forum pengajian dan shalawat di berbagai kota, demi menebar Islam damai, Islam yang penuh rahmat.

“Badan kita bukan sekedar untuk shalat. Tapi kita harus mengajak seluruh badan kita, kita harus mengajak mata kita untuk mengenal siapa yang menciptakan. Sehingga, mata kita tahu tentang innashalata tanha ‘anil faksyaai wal-munkar. Telinga kita harus kenal dengan yang menciptakan telinga. Demikian kita dengan mulut kita dan seluruh anggota badan. Hati kita, tangan kita, kaki kita, semua kita kenalkan dengan yang Maha Mencipta,” ungkap Habib Luthfi suatu ketika.

Habib Luthfi seolah menjadi oase bagi umat muslim negeri ini. Beliau juga menjadi panutan ulama thariqah internasional, untuk terus bersama-sama mengusung Islam yang penuh cinta kasih. Bukan Islam yang menggelorakan amarah dan kekerasan. Habib Luthfi merangkul semua golongan, beliau menjadi rumah bagi siapa saja, yang mencari jalan kebaikan dan kemaslahatan.

Dari sosok Maulana Habib Luthfi bin Yahya, kita mengenal bagaimana tasawuf menjadi denyut nadi untuk perjuangan kebangsaan. Dari fikrah (gagasan), ‘amaliyah (sikap, tindakan) dan harakah (gerakan) Habib Lutfhi, kita belajar bagaimana menebar Islam cinta untuk semesta. Inilah wajah Islam Indonesia yang penuh cinta, Islam yang konsisten menanam benih kemaslahatan untuk umat manusia. Dari Habib Luthfi bin Yahya, kita belajar bagaimana Islam merangkai cinta untuk semesta [*].

Munawir Aziz, Wakil Sekretaris LTN Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (NU)

Print Friendly, PDF & Email
Continue Reading
You may also like...
Click to comment

You must be logged in to post a comment Login

Leave a Reply

More in Ensiklopedi

To Top