Connect with us

Masyarakat Kecanduan Hoax Karena Pengetahuan yang Dangkal

KABAR

Masyarakat Kecanduan Hoax Karena Pengetahuan yang Dangkal

SYIARNUSANTARA.ID – Pakar Teknologi Informasi dan Media Sosial Nukman Luthfie menjelaskan, seseorang umumnya kecanduan menyebar kabar hoaks karena pengetahuannya yang dangkal.

Ia mengatakan, faktor lainnya karena penyebarnya mengidap bias berupa sentimen atau keberpihakan kepada aktor politik tertentu.

“Misalnya, garis kerasnya pendukungnya Jokowi, kalau ada [informasi] yang baik-baik ya disebarkan tanpa cek dan ricek. Begitupun sebaliknya, pendukung Pak Prabowo. Jadi itu alamiah. Begitu kita punya bias, kita bisa terjebak,” ujar Nukman.

Menurut Nukman pengalaman Pilpres 2014 sebagai awal mula penyebaran hoaks melalui online, meskipun kecil tapi cukup berdampak pada masyarakat lain.

Penyebaran hoaks semakin meningkat pada Pilkada 2017, terutama dalam Pilkada Jakarta. Sekarang hoaks semakin bertambah.

Berdasarkan data Masyarakat Anti Fitnah Indonesia (Mafindo), selama tiga bulan terakhir, ada peningkatan jumlah hoaks dan disinformasi.

Mayoritas isinya konten politik: 46,38% dari 65 konten pada Juli 2018; 58,42% dari 79 konten pada Agustus 2018; dan 59% dari 86 konten pada September 2018. Total, ada 230 konten hoaks dan disinformasi pada kurun itu.

Untuk platform media sosial, yang paling dominan penyebaran hoaks dan disinformasi adalah Facebook (110 kali), Twitter (28 kali), WhatsApp (27 kali), dan YouTube (18 kali).

Print Friendly, PDF & Email
Click to comment

You must be logged in to post a comment Login

Leave a Reply

More in KABAR

To Top