Connect with us

LPPM Unusia Temukan Gerakan Tarbiyah Mendominasi PTN di Jateng dan Yogya

KABAR

LPPM Unusia Temukan Gerakan Tarbiyah Mendominasi PTN di Jateng dan Yogya

SYIARNUSANTARA.ID – Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LPPM) Universitas Nahdlatul Ulama Indonesia (Unusia) menemukan, gerakan tarbiyah merebak dan mendominasi enam perguruan tinggi negeri (PTN) di Jawa Tengah dan dua PTN di Yogyakarta.

Penelitian dilakukan terhadap enam PTN di Jawa Tengah dan dan dua PTN di Yogyakarta, baru-baru ini. Kedelapan PTN tersebut antara lain Universitas Diponegoro (UNDIP), Universitas Negeri Semarang (UNNES), Universitas Negeri Surakarta (UNS), Institut Agama Islam Negeri Surakarta (IAIN Surakarta), Universitas Jenderal Soedirman (UNSOED) dan Institut Agama Islam Negeri Purwokerto (IAIN Purwokerto) di Jawa Tengah, dan Universitas Gajah Mada (UGM) dan Universitas Negeri Yogyakarta (UNY).

Menurut Tim Peneliti LPPM Unusia Muhammad Nurun Najib, para aktivis dakwah kampus itu mengidentifikasi gerakan mereka dengan “gerakan Tarbiyah”. “Inisiator istilah “Tarbiyah” adalah Hilmy Aminuddin, kader LDII yang diutus kuliah di Madinah, Saudi Arabia. Sepulang dari Madinah, Hilmy memperkenalkan “manhaj tarbiyah” (metode pendidikan) dengan pengertian metode pendidikan Islam yang bisa diterapkan di berbagai tempat, lembaga, kelompok dan aktivitas,” ujarnya.

Metode itu, kata dia, mengacu pada metode Ikhwanul Muslimin. Tujuannya mengejawantahkan risalah Islam secara utuh, sempurna dan luas. Sebagaimana Ikhwanul Muslimin di Mesir, gerakan Tarbiyah berlandaskan pada fikrah Islam kâfah (gagasan tentang Islam komprehensif) yang harus diwujudkan seluruh dimensi sebagai upaya islâh al-ummah (perbaikan masyarakat).

Dalam merealisasikan fikrah tersebut, kata Najib, Ikhwanul Muslimin (yang tetap mengacu pada gagasan Hassan Al-Bana) relatif moderat. Ikhwanul Muslimin tidak seratus persen anti Barat. Ikhwanul Muslim masih mau menerima konsep negara bangsa, partai politik, ilmu pengetahuan dan teknologi modern.

“Mengikuti “moderatisme Ikhwanul Muslimin ala Hassan Al-Bana” di Mesir, Gerakan Tarbiyah di Indonesia juga menerima negara bangsa Indonesia, seperti tampak dari pendirian partai politik, dari Partai Keadilan (PK), dan kemudian Partai Keadilan Sejahtera (PKS), dan mengkader anak-anak muda yang mendalami ilmu pengetahuan teknologi modern,” ujarnya.

Ia menambahkan, sesuai dengan namanya, aksentuasi Gerakan Tarbiyah sejak awal berdirinya hingga sekarang adalah aktivitas penumbuhan dan peningkatan kualitas para kadernya baik di bidang keislaman maupun di bidang ketrampilan. Di bidang ketrampilan, Gerakan Tarbiyah memberikan pelatihan hal-hal yang dibutuhkan para kadernya, seperti kepemimpinan, menulis, meneliti, presentasi, hingga kewirausahaan. Di bidang keislaman, Gerakan Tarbiyah membentuk kelompok-kelompok kecil beranggotakan 1-10 orang untuk melakukan kajian keislaman (liqâ’/halaqah) di bawah bimbingan seorang guru (murabbi).

Lebih lanjut, kata Najib, Gerakan Tarbiyah membina para kadernya dengan instrumen dakwah seperti mabît, ta`lîm, daurah, rihlah, mukhayyam dan penugasan. Mabît adalah sarana tarbiyah ruhiyah dengan bermalam bersama. Ta’lim adalah sarana tarbiyah berupa perluasaan wawasan. Daurah merupakan pelatihan untuk mendalami suatu tema atau ketrampilan tertentu melalui pelibatan narasumber ahli. Rihlah adalah wisata untuk menguatkan persaudaraan anggota halaqah. Mukhayyam adalah berkemah dengan target terbinanya pemikiran dan kerohanian. Penugasan adalah sarana tarbiyah di mana guru (murobi) memberi tugas tertentu kepada peserta halaqahnya, semisal tugas menghapal Al-Quran atau melakukan aksi dakwah khusus.

Hingga sekarang, kata dia, gerakan tarbiyah berupaya keras menguasai kampus, baik dari sisi dalam maupun dari sisi luar. Di dalam kampus, Tarbiyah  bermanifestasi dalam bentuk Kesatuan Aksi Mahasiswa Indonesia (KAMMI) yang menguasai simpul-simpul internal kemahasiswaan kampus, seperti Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM), Senat Mahasiswa (SEMA), Unit Kegiatan Mahasiswa, dan masjid kampus. Di luar kampus, Tarbiyah memberikan beasiswa dan membuat kos-kos binaan yang menarik minat mahasiswa-mahasiswa baru, yang kemudian dikader sedemikian rupa, untuk menjadi anggotanya yang militan. Fenomena tersebut dijumpai di seluruh kampus objek penelitian ini, khususnya kampus-kampus umum negeri (UNSOED, UNNES, UNDIP, UNS, UGM, dan UNY).

Sebagai misal di UGM, ujarnya, gerakan Tarbiyah yang dimotori oleh aktivis KAMMI membentuk Partai Bunderan yang sejak 1999 selalu berhasil merebut kepemimpinan BEM (Badan Eksekutif Mahasiswa). Sepanjang hampir 20 tahun (atau 20 periode), hanya tiga periode kepemimpinan BEM lolos dari tangan mereka, yaitu 2012, 2014, dan 2018.

Kunci keberhasilan Gerakan ini terletak pada penguasaan jaringan LDK (Lembaga Dakwah Kampus), Asistensi Agama Islam (AAI, sebelum dibubarkan tahun 2014), dan Kelompok Studi Universitas (KSU). KSU UGM yang dikuasai Tarbiyah bernama Gama Cendekia (GC). Ketuanya GC selalu merupakan pegiat Tarbiyah dengan kualifikasi informal tertentu yang juga kental Tarbiyah. Pengeloaan GC pun selaras dengan pengelolaan Tarbiyah. Penguasaan Tarbiyah atas KSU semacam GC tersebut sangat strategis, karena KSU memberi tawaran jaringan dan peluang beasiswa. Jaringan yang mungkin didapatkan peserta KSU di UGM antara lain adalah jaringan Masyarakat Ilmuwan dan Teknolog Indonesia (MITI), sementara peluang beasiswa yang potensial didapatkan anggota KSU adalah beasiswa LPDP (Lembaga Pengelola Dana Pendidikan).

Khususnya dalam penguasaan BEM dan LDK, cengkeraman Gerakan Tarbiyah khususnya melalui kader-kader KAMMI sangat kuat baik di UGM, UNS, UNSOED, UNDIP, UNNES, maupun UNY. Secara umum di kesemua kampus, periode pasca reformasi merupakan masa kepemimpinan KAMMI/Tarbiyah di BEM. Gerakan ini berhasil mendayagunakan infrastruktur aktivitas keagamaan mahasiswa, khususnya LDK dan AAI, serta BEM itu sendiri untuk mengasah kemampuan kepemimpinan – mengiringi visi mereka dalam keperenanan di masyarakat pasca kehidupan mahasiswa.

Bahkan, kata Najib, kekuatan Tarbiyah di dalam kampus ditopang oleh hal-hal di luar kampus. Senior-senior Tarbiyah membuat pondokan/kos-kosan binaan yang pada taraf tertentu memberi beasiswa kepada penghuninya, atau minimal memberi harga sewah murah, dengan “bonus” diskusi dan bimbingan dari senior untuk para junior di bidang studi dan keagamaan.

“Program pondokan yang ditopang dengan pemberian beasiswa merupakan sarana Tarbiyah mendapatkan kader-kader unggulan, yang terseleksi dan berprestasi. Program tersebut merupakan program yang sangat strategis yang secara umum mendukung proses kaderisasi aktivis KAMMI/Tarbiyah,” ujarnya.

 

Print Friendly, PDF & Email
Click to comment

You must be logged in to post a comment Login

Leave a Reply

More in KABAR

To Top